Sungguh indah perkara seorang mukmin, apabiala ia mendapat suatu nikmat dari Allah Ta'ala maka ia bersyukur dan apabila ia mendapatkan musibah maka ia bersabar....
Senantiasa kita dianjurkan untuk banyak bersyukur dan jangan berkeluh kesah. Walaupun secara fitrah, seorang manusia itu besifat banyak berkeluh kesah lagi kikir sebagaimana dalam QS. Al Ma'arifj : 19, Allah Ta'ala berfirman (artinya) :
" Sungguh, manusia diciptakan bersifat suka mengeluh..."
Ayat selanjutnya...
"Apabila ia ditimpa kesusahan dia berkeluh kesah. dan apabila ia mendapat kebaikan (harta) dia menjadi kikir.. (QS. Al Maarij 20-21)
Namun, Maha Suci Allah dengan segala kebesaran dan keagunganNya, karena senantiasa ia membimbing hamba-hambaNya melalui Al Qur'an dan Assunnah...
Walaupun secara fitrah kita senantiasa berkeluh kesah dan bersifat kikir..tapi kita mempunyai pilihan untuk lebih baik lagi...Dalam QS. Al Ma'Arij : 22-35 :
" Kecuali orang-orang yang melaksanakan shalat. Mereka yang tetap serta melaksanakan shalatnya. dan orang-orang yang dalam hartanya disiapkan bagian tertentu bagi orang yang meminta-mintadan yang tidak diminta, dan orang yang mempercayai hari pembalasan, dan orang yang takut terhadap azab Tuhannya, sesungguhnya terhadap azab Tuhan mereka, tidak ada seorangpun yang merasa aman (dari kedatangannya), dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak-budak yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Maka, barang siapa mencari di luar itu (seperti berzina, homoseks, atau lesbian), mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan orang-orang yang memelihara amanat dan janjinya, dan orang-orang yang berpegang teguh pada kesaksiaannya. Dan orang-orang yang memelihara shalatnya. Mereka itu dimuliakan di dalam surga."
Ya, manusia tinggal memilih untuk menuju jalan yang benar atau jalan yang menyimpang menuju adzab Allah Ta'ala. Bukankah Allah Yang Maha Pengasih telah mengkaruniakan kepada kita Al Qur'an dan Assunnah sebagai petunjuk dan pedoman hidup? Agar kelak ketika dimintai pertanggungjawaban, semua kelalaian karena kezhaliman diri sendiri yang melupakan Al Quran dan Assunnah dan memperturutkan hawa nafsu..Na'udzubillah
Begitu mudahkah lisan berkata sabar dan syukur?
Tidak, sangat sulit dan karena itu, senantiasalah memohon pertolongan kepada Allah Ta'ala....
Tidak inginkah kita menjadi hamba Allah yang ditinggikan derajatnya dan diberi balasan pahala karena sifat sabar dan syukur kita kepada Allah Ta'ala?
Rasulullah shallallahu a'laihi wasallam bersabda : " perkara orang mu'min itu mengagumkan, sesungguhnya semua perihalnya baik dan itu tidak dimiliki seorangpun selain seorang mu'min, bila ditimpa kesenangan, ia bersykur dan syukur itu baik baginya dan apabila ia tertimpa musibah , ia bersabar dan sabar itu baik baginya." (HR. Muslim)
Bersabar itu sulit dan berat. Hanya orang mu'min yang memiliki sifat sabar dan syukur di dua keadaan yang digambar dalam hadits diatas. Ketika seseorang ditimpa kesulitan, ia hanya punya pilihan untuk bersabar. Namun ketika dianugerahi nikmat, sangat jarang yang bersyukur. Terkadang kita baru menengadahkan tangan meminta pertolongan kepada Allah jika dalam keadaan sulit namun begitu senang, kita lupa untuk tetap bersyukur. Astaghfirullah, kita cenderung lalai. Nikmat yang sedikit disesali, nikmat yang banyak tidak disyukuri, " Hanya sedikit dari hamba-Ku yang pandai bersykur" (QS Saba (34) : 13).
Subhanallah....
Maka seorang mu'min akan senantiasa memilih untuk bersabar dan bersyukur..Sabar akan menguatkan, dan syukur akan meninggikan derajat. Kesabaran mendekatkan kita kepada Allah Ta'ala. Dan rasa syukur menjadi penambah nikmat Allah Ta'ala. Sungguh tidak ada kekasih yang menolak harapan pencintanya.
Allah berfirman :
" Dan barang siapa bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya. dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan menghapus kesalhan-kesalahan dan akan melipatgandakan pahala baginya. (QS Ath-Thalaq : 3-5)
" Dan bersabarlah kamu , karena sesungguhnya Allah itu beserta orang-orang yang sabar. " (QS Al-Anfal : 46)
Qadarallah wa maa syaa-a fa'al.."Seagala sudah takdir Allah. Bila Allah menghendaki sesuatu, pasti sesuatu itu terjadi. Katakanlah hal itu, jika kita tertimpa musibah.
Ya Qadarallah wa maa syaa-a fa'al...Tabahkan hati dengan musibah dan cobaan..dan perkhusyuklah shalat kita...
Karena Allah Ta'ala berfirman :
"Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu, yaitu orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Rabb-nya, dan bahwa meerka akan kembali kepada-Nya. (QS Al Baqarah 45-46)
Dan jadilah hamba yang senantiasa bersyukur. Karena seluruh nikmat yang kita rasakan ini datangnya dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Allah berfirman (artinya ) " Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah lah (datangnya. " (QS An Nahl : 53).
Dan bersyukur merupakan sebab ditetapkan bahkan ditambahnya kenikmatan. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman (artinya) : Jika kalian bersyukur, pasti Aku (Allah) akan tambah (kenikmatan) untuk kalian, jika kalian ingkar, sesungguhnya adzab-Ku sangatlah pedih. (QS Ibrahim : 7).
Duhai diri yang lalai...marilah senantiasa bersyukur dan bersabar dalam kehidupan ini...karena tidak adalah sesuatu yang disyariatkan kecuali itu adalah perkara yang baik dan penuh hikmah...
"Ya Allah, Sesungguhnya aku ini adalah hamba, anak dari hamba-Mu laki-laki, anak dari hamba-Mu perempuan. Ubun-ubunku berada ditanganMu: mengikuti keputusan takdir-Mu dan berjalan sesuai dengan ketetapan-Mu. Aku memohon kepada-Mu dengan setiap nama yang menjadi milik-Mu. Nama yang Engkau lekatkan sendiri untuk diriMu, atau Engkau sebutkan dalam kitabMu, atau Engkau ajarkan pada salah seorang diantara hamba-Mu (Nabi), atau Engkau sembunyikan di alam keghaiban-Mu, hendaknya Engkau menjadikan Al Qur'an ini sebagai penyejuk hatiku, cahaya dalam dadaku, penghilang kesedihanku dan penolak rasa gundahku. (HR. Ahmad I : 391).