SEKUNTUM BUNGA DI TAMAN SURGA
Scrolling Glitter Text GeneratorScrolling Glitter Text GeneratorScrolling Glitter Text GeneratorScrolling Glitter Text GeneratorScrolling Glitter Text GeneratorScrolling Glitter Text GeneratorScrolling Glitter Text GeneratorScrolling Glitter Text GeneratorScrolling Glitter Text GeneratorScrolling Glitter Text Generator

Minggu, 22 Agustus 2010

Umur akan habis dan perjalanan hampir sampai. Hari-hari berlalu bagai berlalunya awan; bila kita kehilangan hari ini, kita tidak dapat mengejarnya lagi; jika siang telah hilang akan datang malam yang baru. Begitu seterusnya. Maka hargailah umur dan waktumu.....
Yazid Ar-Raqasyi berkata pada dirinya sendiri, "Celaka engkau wahai Yazid! Siapa yang akan shalat untukmu setelah engkau mati? Siapa yang akan berpuasa untukmu setelah mati? Siapa yang mau memintakan keridhaan Tuhan untukmu setelah mati?
Kemudian beliau berkata "Wahai sekalian manusia, menagapa kalian tidak menangis dan meratapi diri kalian di sisa-sisa umur kalian? Kematian yang pasti menjemput, kubur yang bakal menjadi rumah, tanah sebagai alas, dan cacing sebagai penghibur. Pada saat seperti itu, menunggu datangnya al-faza'ul akbar (goncangan yang dahsyat yaitu hari kiamat); bagaimana keadaannya nanti?
Inilah seruan Maimun bin Mahran yang begitu keras, beliau berkata dengan suara lantang pada hadirin di majlisnya, "Wahai orang-orang tua, apa yang ditunggu dari tanaman yang telah memutih?" Mereka menjawab, "Masa panen". Kemudian beliau melihat kepada para pemuda dan berkata,"Wahai para pemuda, sesungguhnya tanaman terkadang dimakan hama (mati) sebelum panen tiba."

Bergegaslah..bergegaslah...
Tidaklah masa muda kan kembali
Dan tidaklah hari berlalu melainkan untuk bersiap-siap
Wahai saudaraku....
Tinggalkanlah masa kanak-kanak yang telah lewat
Ingatlah akan dosa-dosamu dan menangislah wahai yang berdosa
Takutlah akan pertanyaan pada saat hisab
Sungguh kan dihitung dan ditulis apa yang kaulakukan
Di mana dua Malaikat tak pernah lalai, meski kaulupa
Bahkan ia mencatatnya meski meski engkau lalai dan main-main

Bersambung...

Doa Bagi Embun

Akhirnya, ada doa

bagi embun di pucuk dedaun
yang memanggul:
cahaya rembulan, dan mohon
angin pada rebah
hamparan ngarai. Doa di atas
ampunan, setulus
mengurai embunmu menjadi
pelipur di raga fajar.

SUARA-SUARA


Suara -Suara

Suara-suaramu telah kau titipkan melalui para angin.

Aku membatu dalam kesenyapan di balik arah angin melaju majal.

Hingga sunyiku mengusik angin untuk mewujudkan jatimu,

sebelum suara-suara itu lenyap pada wajah gunung batu tiraiku.

Kapankah suara di rahimku membisik?

Menghatur mimpi dan ragam kenang, yang bergegas musnah oleh waktu di batas hari.

Tergumul harap tak menyentuh geliat doa.

Memecah waktu yang telah terbagi di rentang angan dan jarumnya.

Selama usia bertekun bagi nafas masa nan meremuk nurani.

Berduyun ampunan yang tersesal jua, tatkala hujat tiada membaur kepada selaksa

petang nun hambar. Semudah doa tercerabut harapnya.

Sumber : Syair Indah Karya Leonowens SP

Kemarin adalah Kerja, Hari ini adalah berbuat dan Esok adalah Harapan..Hamasah!!!




Uni Zahrah Bunga Berseri