ETOS KERJA
Oleh : KH Abdullah Gymnasiar
ETOS Kerja adalah sikap mental dalam menghayati dan menghargai pekerjaan kita. Dengan kata lain, etos kerja adalah semangat dan sikap mental yang selalu berpandangan bahwa kualitas kerja kita di hari ini harus lebih baik daripada hari kemarin, dan kualitas kerja kita di hari esok harus lebih baik daripada kualitas kerja hari ini.
Islam sangat menghargai etos kerja. Dalam Islam, kerja bukan semata-mata aktivitas pengisi, tidak hanya berdimensi duniawi, bukan sekadar mengejar gaji, mencari untung sebanyak banyaknya, juga bukan semata-mata menepis gengsi untuk menghindar dari tudingan sebagai penganggur.
Kesadaran kerja dalam Islam berlandaskan semangat tauhid dan tanggungjawab ketuhanan. Semua aktifitas keseharian seorang mukmin, termasuk kerja, harus diniatkan dan berorentasi ibadah kepada Allah Ta’ala, Dengan kata lain, setiap aktivitas yang kita lakukan hakikatnya mencari keridhaan Allah semata. Setiap ibadah kepada Allah harus direalisasikan dalam bentuk tindakan, sehingga bagi seorang muslim aktivitas bekerjapun mengandung nilai ibadah.
Allah Ta’ala Berfirman : "Dan tidaklah Allah jadikan jin dan manusia itu melainkan untuk mengabdi kepada-Ku." (QS Ad-Dzariyat : 56). Islam tidak hanya membuat aturan dalam bekerja, melainkan selalu memberi motivasi agar umat Islam mencari rezeki yang telah ditebarkan Allah di atas dunia ini. Tujuannya agar umat Islam tidak sekadar beribadah dalam arti ritual saja, tapi mempunyai perhatian untuk bekerja sesuai dengan perintah agama.
Bagi seorang muslim, adalah suatu keniscayaan untuk bergiat mencari rezeki. Seorang muslim tidak boleh menggantungkan diri pada orang lain, sedang diri malas dan enggan berkarya dan bekerja. Namun demikian, tidak berarti seorang muslim boleh menghalalkan segala cara untuk mendapatkan kebutuhan hidup. Islam adalah agama yang sarat dengan etika, norma-norma, sehingga diharapkan para penganutnyapun menyandang jatidiri umat yang beretika dan bermoral tinggi.
Jika kita bekerja untuk mencari rezeki yang halal, jika rezeki tersebut kita keluarkan pada jalan yang halal, maka rezeki tersebut akan menjadi sumber kebahagian hidup di dunia dan akhirat kelak. Lain sebaliknya. Bila kita bekerja mencari rezeki dengan jalan yang tidak halal, membelanjakannya pada jalan yang haram pula, maka rezeki tersebut akan menjadi sumber penderitaan bagi diri dan keluarga, menyimpan kerugian bagi dunia dan akhiratnya. Rezeki yang diperoleh dari barang yang haram akan menjadi darah dan daging.
Bisa mempengaruhi perilaku keseharian, sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: "Ketahuilah bahwa di dalam diri manusia itu ada segumpal daging, apabila daging itu baik maka akan baik pula seluruh tubuh, dan apabila daging itu jelek maka jelek pula seluruh tubuh itu, ketahuilah daging itu adalah hati." (HR. Bukhari & Muslim).
Dengan etos kerja yang baik diharapkan seorang profesional muslim dapat membawa manfaat bagi diri, keluarga, lingkungan kerja, dan orang-orang baik di dalam maupun di luar lingkungan kerja dan keluarganya. Sesuai dengan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwasanya orang yang paling baik adalah orang yang paling berguna bagi orang lain. (H.R. Thabrani). Dedikasi seorang profesional muslim, dengan demikian, sangat ditentukan oleh seberapa banyak dia membawa manfaat bagi manusia-manusia lainnya.
Wallahu a'lam bish shawab.
Sumber : http://www.mail-archive.com/jamaah@arroyyan.com/msg05110.html
0 komentar:
Posting Komentar